Sabtu, 04 Oktober 2014

PENGARUH TEKNOLOGI CANGGIH TERHADAP SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK



MAKALAH
PENGARUH TEKNOLOGI CANGGIH TERHADAP 
SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar belakang
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan anak. Kita ketahui bahwa anak merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan anak di sekolah. Tidak hanya di sekolah, perkembangan kognitif juga akan sangat menentukan keberhasilan anak di masyarakat. Saat ini, perkembangan kognitif anak akan semakin cepat karena pengaruh globalisasi, tentunya dengan Teknologi yang semakin canggih. Teknologi yang canggih ini semakin memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Anak-anak yang hidup pada zaman modern ini pun kebanyakan pemikirannya semakin canggih dibandingkan orangtuanya sendiri. Mereka lebih tanggap akan informasi-informasi yang diserapnya dan lebih cepat menguasai teknologi-teknologi tersebut. 
Anak dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif anak perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif, pengaruh sastra terhadap perkembangan kognitif anak, serta pengaruh teknologi canggih terhadap perkembangan kognitif anak.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan tentang perkembangan kognitif anak dengan pengaruhnya dari teknologi canggih agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak serta waspada terhadap teknologi-teknologi canggih.

B.                Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif anak, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan Teknologi dan Perkembangan Kognitif Anak?
2.      Bagaimana Ciri-ciri Perkembangan Kognitif Anak?
3.      Bagaimana Sastra dan Perkembangan Kognitif Anak?
4.      Bagaimana Pengaruh Teknologi Canggih terhadap Perkembangan Kognitif Anak?

C.                Tujuan
Didalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan Perkembangan Kognitif Anak
2.      Mengetahui Ciri-ciri Perkembangan Kognitif Anak
3.      Memahami Sastra dan Perkembangan Kognitif Anak
4.      Mengetahui sejauh mana Pengaruh Teknologi Canggih terhadap Perkembangan Kognitif Anak




BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Hampir segala hal yang ada di dunia ini menjadi mungkin dan mudah dengan adanya teknologi. Namun meskipun teknologi (tampaknya) memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan manusia, ternyata teknologi tak luput dari berbagai macam dampak negatif yang mampu merusak kehidupan manusia.
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).  


B.            CIRI-CIRI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
1.             PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH
a.             Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Usia 2-3 Tahun
Ada dua ciri pokok perkembangan kognitif anak pada usia dini, yaitu:
1)      Anak-anak mempelajari cara baru untuk mengorganisasi dang mengklasifikasi dunia mereka dengan cara mengelompokkan benda atau hal-hal yang mereka anggap mempunyai kesamaan.
2)      Anak-anak mulai mengingat dua atau tiga butir mengenai hal tersebut.

b.             Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun
Ada empat ciri utama perkembangan kognitif anak prasekolah pada usia ini, yaitu:
1)      Anak-anak mengembangkan pemahaman mengenai cara menghubungkan benda atau hal-hal dengan benda atau hal lainnya. Bagaimana cara menggabungkan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang utuh, dan bagaimana semua itu diatur/ditata dalam ruangan satu sama lainnya.
2)      Anak-anak mulai memahami hubungan-hubungan dan mengklasifikasikan benda berdasarkan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya, seperti warna, ukuran, bentuk, dan kegunaannya. Klasifikasi tersebut bersifat perseptual.
3)      Anak-anak mulai memahami bagaimana caranya dua objek berhubungan satu sama lain berdasarkan angka dan jumlah.
4)      Anak-anak mulai membandingkan dua benda dan mengatakan mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil.

c.              Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun
Pada usia ini ada tiga ciri utama perkembangan kognitif anak prasekolah, yaitu:
1)      Anak-anak dapat mengingat dalam melakukan tiga hal yang dikatakan kepada mereka atau menceritakan kembali cerita pendek apabila materi itu disajikan dalam urutan waktu yang bermakna.
2)      Anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan ciri utamanya tetapi masih berdasarkan kaidah-kaidah yang terlihat jelas kepada mereka.
3)      Anak-anak menganggap dirinya telah dapat menceritakan atau mengatakan “waktu” tetapi belum memahami “konsep”. Hal-hal yang berlaku pada masa “sekarang” atau “sebelum sekarang”.

d.             Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Usia 5-6 Tahun
Pada usia ini, anak-anak memasuki taman kanak-kanak atau kindergarten, dan ada enam ciri utama perkembangan kognitif mereka, yaitu:
1)      Anak-anak belajar mengikuti satu tipe klasifikasi (misalnya, warna, bentuk) terus-menerus sampai selesai tanpa mengubah ciri utama selama menjalankan tugasnya.
2)      Anak-anak menghitung sampai sepuluh dan membedakan atau melihat perbedaan objek/benda/hal.
3)      Anak-anak dapat mengenali warna-warna utama di sekelilingnya: putih, hitam, merah, hijau, kuning, dan sebagainya.
4)      Anak-anak belajar membedakan antara “sebagian besar” dari benda-benda dan “sebagian kecil” dari benda-benda.
5)      Anak-anak memerlukan kegiatan trial and error sebelum mereka menyusun benda-benda dalam urutan, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
6)      Anak-anak masih merasa samar-samar atau mempunyai konsep yang kabur mengenai waktu.


2.      PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK MASA SEKOLAH
a.      Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Usia 6-8 Tahun
Pada usia ini dapat kita ketahui adanya lima ciri pokok perkembangan kognitif anak-anak, yakni:
1)      Anak-anak belajar membaca, mereka senang sekali membaca buku-buku yang mudah dan mendemonstrasikan kemampuan yang baru mereka peroleh.
2)      Anak-anak belajar menulis. Mereka senang sekali menciptakan/mengarangg cerita sendiri.
3)      Jangkauan perhatian anak-anak meluas serta meningkat. Mereka menyenangi cerita-cerita yang lebih panjang bila dibandingkan dengan cerita yang mereka alami waktu berusia 5 tahun dulu.
4)      Anak-anak yang berusia kurang dari 7 tahun masih mendasarkan kaidah mereka pada persepsi langsung dan belajar melalui situasi-situasi nyata.
5)      Terkadang selama usia ini, anak-anak pun masuk ke dalam tahap Pieget yang mengacu pada fase operasional kongkrit.

b.      Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Usia 8-10 Tahun
Ciri-ciri utama perkembangan kognitif anak sekolah pada usia ini adalah sebangai berikut:
1)      Keterampilan membaca meningkat sangat cepat, walaupun terdapat berbagai variasi dalam kemampuan membaca di antara anak-anak dalam kelompok usia yang sama.
2)      Tingkatan minat terhadap sastra mungkin saja masih berada di atas tingkat baca kebanyakan anak-anak.
3)      Ingatan atau memori pun meningkat, sebaiknya mereka belajar mengikuti stimulus-stimulus tertentu dan mengabaikan atau tidak memperhatikan yang lainnya.

c.       Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Usia 10-12 Tahun
Ada dua ciri utama perkembangan kognitif anak pada usia ini, yaitu:
1)      Anak-anak mengembangkan suatu pemahaman/pengertian mengenai urutan kronologi peristiwa yang lalu.
2)      Anak-anak menerapkan kaidah-kaidah logis, penalaran, dan operasi-operasi formal pada masalah dan proposisi (rencana-rencana, sasaran-sasaran, hal-hal) yang abstrak.


C.    SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak  dari manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;
1)      Memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
2)      Mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara,
3)      Memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri,
4)      Mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan,
5)      Menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan,
6)      Meneruskan warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang bermanfaat untuk perkembangarn anak terutama dalam hal (1) perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak-anak  juga berfungsi sebagai media hiburan  dan pendidikan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. (Wahidin, 2009).



Contoh sastra anak

Mati Lampu
Mati lampu adalah kesusahanku
Mati lampu adalah kebosananku
Mati lampu itu gelap gulita
Aku tidak bisa belajar
Aku tidak punya lampu teplok
Aku tidak punya lampu tabung
Apalagi genset
Aku susah mencari lilin
Aku sangat takut dijalan gelap
Walaupun ada bulan dan bintang
Jalan masih saja gelap bagiku

Kami terus menunggu lampu menyala
Sampai keesokan pagi
Hiduplah lampu terang benderang

Karya: Qorrie Aina Maryam.

Bahasa yang digunakan pada puisi di atas, pasti bisa dipahami oleh anak-anak, karena mengggunakan bahasa Indonesia. Hal yang diungkapkan tentang peristiwa yang sering dihadapi oleh anak-anak yaitu tentang peritiwa  mati lampu. Peritiwa mati lampu pada puisi di atas, tidak lepas dari konteks keadaan negeri kita, yang dalam kenyataanya memang sering mati lampu. Dengan mengerti keadaan ini, maka anak yang membaca puisi diatas, semakin mengerti bahwa lampu listrik sangat penting bagi anak-anak. Unsur kesenangan (hiburan)  yang dapat diperoleh oleh pembaca dari segi pembaitan yang menggunakan repetisi (pengulangan) untuk keindahan rima (nada). Sehingga ada kesan  tentang arti pentingnya lampu, serta penggunaan kata-kata yang sering digunakan oleh anak-anak dalam keseharian.


D.    PENGARUH TEKNOLOGI CANGGIH TERHADAP  PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Di zaman modern ini, begitu banyak media yang telah mengambil peran penting dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang semakin canggih membuat manusia dapat mencari informasi dari berbagai media di mana saja. Koran, televisi, majalah, radio, bahkan handphone sendiri pun dapat menjadi media informasi yang sering digunakan. Dengan semakin canggihnya alat-alat elektronik ini dapat mempengaruhi kognitif seseorang. Teknologi yang canggih ini semakin memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Anak-anak yang hidup pada zaman modern ini pun kebanyakan pemikirannya semakin canggih dibandingkan orangtuanya sendiri. Mereka lebih tanggap akan informasi-informasi yang diserapnya dan lebih cepat menguasai teknologi-teknologi tersebut. 
     Perkembangan kognitif anak ini sebagian besar dipengaruhi dengan media-media yang semakin berkembang. Sekarang telah marak anak SD pun sudah memiliki handphone. Mereka merasa jika tidak memiliki alat tersebut akan ketinggalan zaman. Pemikiran anak yang seperti ini semakin meyakinkan bahwa media sangat mempunyai andil yang besar dalam kehidupan manusia. Namun, berkembang pesatnya teknologi ini juga mempunyai dampak-dampak yang negatif bagi anak. Contohnya, jika anak SD telah memiliki memiliki handphone, kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah akan terganggu karena perhatian mereka tersita hanya untuk memperhatikan handphone
Apa dampak yang ditimbulkan media bagi perkembangan kognitif anak? Berikut adalah segelintir dampak negatif teknologi pada anak-anak dan remaja:
1)      Kehilangan kemampuan bersosialisasi
Teknologi mampu meracuni dan menyebabkan candu pada penggunanya, layaknya zat psikotropika. Zat psikotropika dikenal mampu menghilangkan rasa depresi dan menimbulkan efek tenang selama beberapa saat, namun diam-diam zat psikotropika mampu merusak tubuh penggunanya dan menyebabkan candu. Sama halnya dengan teknologi. Anak-anak yang mengalami kecanduan teknologi pada umumnya hanya menghabiskan waktu di rumah untuk bermain komputer dan jarang keluar rumah untuk bersosialisasi. Tentu saja hal ini sangat berbahaya dan mampu membuat anak-anak yang mengalami kecanduan teknologi menjadi sulit menyatu dengan nilai, norma, dan struktur sosial di dalam masyarakat. Salah satu fenomena yang berhubungan dengan dampak negatif yang satu ini adalah fenomena hikikomori di Jepang, dimana para remaja Jepang menarik diri dari hubungan sosial dan lebih suka mengurung diri di rumah. Ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya fenomena hikikomori, salah satunya adalah kegemaran remaja-remaja Jepang akan game dan gadget.
2)      Pornografi
Kejahatan dunia maya adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah hacking, penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi, dll. Tetapi dampak cybercrime yang paling sering dibicarakan dan paling sering melibatkan remaja di bawah umur adalah pornografi. Banyak sekali kasus asusila yang melibatkan remaja-remaja di bawah umur dan pada umumnya remaja-remaja itu masih duduk di bangku sekolah menengah, salah satunya adalah kasus video asusila siswa-siswi SMPN 4 Jakarta yang beberapa waktu lalu ramai dibicarakan.
Secara tidak langsung, teknologi berhasil mempengaruhi remaja-remaja di bawah umur untuk melakukan tindakan asusila, melalui situs-situs porno yang banyak ditemukan di internet. Remaja dapat bebas mengakses berbagai situs porno di internet tanpa diawasi orangtua karena kebanyakan para orangtua sibuk mencari nafkah dan kurang mengawasi pertumbuhan anak-anak. Sebenarnya bukan salah para remaja bila mereka mengakses situs porno karena usia remaja adalah usia dimana para remaja mencari jati diri dan berusaha mempelajari sesuatu yang belum mereka ketahui. Namun orangtua sebaiknya mendampingi dan mengawasi sang buah hati ketika mengakses internet agar si buah hati tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
3)      Menurunnya prestasi belajar
Seperti yang dikatakan pada poin 1, “teknologi mampu meracuni dan menyebabkan candu pada penggunanya, layaknya zat psikotropika”. Hal itu tidak hanya dapat menurunkan kemampuan anak-anak bersosialisasi namun juga mampu menurunkan prestasi belajar anak-anak. Anak-anak yang pada awalnya senang belajar menjadi tergila-gila terhadap game dan gadget sehingga prestasi belajar anak-anak pun menurun. Sebenarnya game memang baik untuk mengasah ketajaman berpikir anak-anak namun jika terlalu sering bermain game bisa membawa dampak buruk. Solusi untuk menanggulangi masalah ini adalah membatasi jam bermain game anak-anak dan menjadikan game dan gadget sebagai sarana belajar yang mengasyikkan bagi anak-anak sehingga prestasi belajar anak-anak tidak menurun. Orangtua sebaiknya mengisi laptop/komputer/tablet dengan game-game yang bermutu dan mengandung unsur pendidikan di dalamnya untuk dimainkan sang buah hati.
Dampak positif dari perkembangan teknologi juga banyak dapat kita lihat. Dalam pengerjaan tugas, anak lebih mudah untuk mencari bahan-bahan di internet jika kurang mendapat informasi. Internet juga dapat menjadi tempat anak menuangkan kreativitasnya, mengeluarkan kreasi-kreasi dengan menghasilkan program-program educative bagi orang lain, seperti pembuatan permainan atau game-game online. TV juga dapat memberikan program-program educative bagi anak dengan mengajak anak belajar dan bermain melalui tayangan-tayangan yang berpendidikan.
     Dengan masalah yang seperti ini, dibutuhkan perhatian khusus bagi orangtua dalam mengontrol perilaku-perilaku anak-anak mereka. Tidak disarankan juga orangtua untuk membatasi ruang gerak anak untuk berkreasi. Karena semakin anak dibatasi, semakin besar rasa penasaran anak untuk mencoba sesuatu yang menurut mereka baru. Jika hal itu terjadi, anak akan memenuhi rasa penasarannya dengan melakukan praktek-praktek nyata di luar pengawasan orangtua. 
     Jadi, solusi yang terbaik dalam mengatasi penyalahgunaan teknologi, yaitu dibutuhkan komunikasi yang selalu dibangun dengan harmonis dalam keluarga. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang di dalamnya orang-orang berperan aktif dalam mengeluarkan pendapat dan mencari solusi dari permasalahan. Orangtua juga perlu menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran anak sehingga tidak terjadi misunderstanding antara mereka. Kepercayaan orangtua juga diperlukan agar anak tidak merasa tertekan dengan kemauan orangtua yang sering kali banyak menuntut anak untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya.




 BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan kognitif pada anak merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam  proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Teknologi juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu pengajar dan orang tua jangan melarang anak untuk menggunakan teknologi. Namun juga jangan sampai lengah untuk mengawasi anak ketika anak sedang menggunakan teknologi karena anak belum bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dirinya.
Fungsi hakiki sastra anak adalah menghibur dan mendidik. Kedua fungi ini tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya saling mempengaruhi dan saling menguatkan. Selain itu, ada pula fungsi-fungsi lainnya sesuai konteksnya.


 

 


DAFTAR PUSTAKA

Tarigan , Henry Guntur. 2011. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar