MAKALAH
PENGARUH TEKNOLOGI CANGGIH TERHADAP
SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan anak. Kita ketahui bahwa anak merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan
anak di sekolah. Tidak hanya di sekolah, perkembangan kognitif juga akan sangat
menentukan keberhasilan anak di masyarakat. Saat ini, perkembangan kognitif
anak akan semakin cepat karena pengaruh globalisasi, tentunya dengan Teknologi
yang semakin canggih. Teknologi yang canggih ini semakin memudahkan
seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Anak-anak yang hidup pada zaman modern
ini pun kebanyakan pemikirannya semakin canggih dibandingkan orangtuanya
sendiri. Mereka lebih tanggap akan informasi-informasi yang diserapnya dan
lebih cepat menguasai teknologi-teknologi tersebut.
Anak dalam
perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif anak perlu memiliki pemahaman
yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting
dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di
lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu
memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif,
pengaruh sastra terhadap perkembangan kognitif anak, serta pengaruh teknologi
canggih terhadap perkembangan kognitif anak.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba
memaparkan tentang perkembangan kognitif anak dengan pengaruhnya dari teknologi
canggih agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan
pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak serta waspada terhadap teknologi-teknologi canggih.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang perkembangan kognitif anak, dapat kita ambil masalah-masalah
yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud
dengan Teknologi dan Perkembangan Kognitif Anak?
2.
Bagaimana Ciri-ciri
Perkembangan Kognitif Anak?
3.
Bagaimana Sastra
dan Perkembangan Kognitif Anak?
4.
Bagaimana Pengaruh
Teknologi Canggih terhadap Perkembangan Kognitif Anak?
C.
Tujuan
Didalam
penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya:
1.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan Perkembangan Kognitif Anak
2.
Mengetahui
Ciri-ciri Perkembangan Kognitif Anak
3.
Memahami Sastra
dan Perkembangan Kognitif Anak
4.
Mengetahui sejauh
mana Pengaruh Teknologi Canggih terhadap Perkembangan Kognitif Anak
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, teknologi adalah
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Hampir segala hal yang ada di dunia
ini menjadi mungkin dan mudah dengan adanya teknologi. Namun meskipun teknologi
(tampaknya) memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan manusia, ternyata
teknologi tak luput dari berbagai macam dampak negatif yang mampu merusak
kehidupan manusia.
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi.
Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori
perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek –
objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti
diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek
untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir
dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya
dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya (Hetherington & Parke, 1975).
B.
CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
1.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH
a.
Perkembangan
Kognitif Anak Prasekolah Usia 2-3 Tahun
Ada dua ciri pokok
perkembangan kognitif anak pada usia dini, yaitu:
1) Anak-anak
mempelajari cara baru untuk mengorganisasi dang mengklasifikasi dunia mereka
dengan cara mengelompokkan benda atau hal-hal yang mereka anggap mempunyai
kesamaan.
2) Anak-anak
mulai mengingat dua atau tiga butir mengenai hal tersebut.
b.
Perkembangan
Kognitif Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun
Ada empat ciri
utama perkembangan kognitif anak prasekolah pada usia ini, yaitu:
1) Anak-anak
mengembangkan pemahaman mengenai cara menghubungkan benda atau hal-hal dengan
benda atau hal lainnya. Bagaimana cara menggabungkan bagian-bagian menjadi
suatu keseluruhan yang utuh, dan bagaimana semua itu diatur/ditata dalam
ruangan satu sama lainnya.
2) Anak-anak
mulai memahami hubungan-hubungan dan mengklasifikasikan benda berdasarkan sifat-sifat
tertentu yang dimilikinya, seperti warna, ukuran, bentuk, dan kegunaannya.
Klasifikasi tersebut bersifat perseptual.
3) Anak-anak
mulai memahami bagaimana caranya dua objek berhubungan satu sama lain
berdasarkan angka dan jumlah.
4) Anak-anak
mulai membandingkan dua benda dan mengatakan mana yang lebih besar dan mana
yang lebih kecil.
c.
Perkembangan
Kognitif Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun
Pada
usia ini ada tiga ciri utama perkembangan kognitif anak prasekolah, yaitu:
1) Anak-anak
dapat mengingat dalam melakukan tiga hal yang dikatakan kepada mereka atau
menceritakan kembali cerita pendek apabila materi itu disajikan dalam urutan
waktu yang bermakna.
2) Anak-anak
meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan ciri
utamanya tetapi masih berdasarkan kaidah-kaidah yang terlihat jelas kepada
mereka.
3) Anak-anak
menganggap dirinya telah dapat menceritakan atau mengatakan “waktu” tetapi
belum memahami “konsep”. Hal-hal yang berlaku pada masa “sekarang” atau
“sebelum sekarang”.
d.
Perkembangan
Kognitif Anak Prasekolah Usia 5-6 Tahun
Pada usia ini,
anak-anak memasuki taman kanak-kanak
atau kindergarten, dan ada enam ciri
utama perkembangan kognitif mereka, yaitu:
1) Anak-anak
belajar mengikuti satu tipe klasifikasi (misalnya, warna, bentuk) terus-menerus
sampai selesai tanpa mengubah ciri utama selama menjalankan tugasnya.
2) Anak-anak
menghitung sampai sepuluh dan membedakan atau melihat perbedaan
objek/benda/hal.
3) Anak-anak
dapat mengenali warna-warna utama di sekelilingnya: putih, hitam, merah, hijau,
kuning, dan sebagainya.
4) Anak-anak
belajar membedakan antara “sebagian besar” dari benda-benda dan “sebagian kecil”
dari benda-benda.
5) Anak-anak
memerlukan kegiatan trial and error sebelum
mereka menyusun benda-benda dalam urutan, dari yang paling kecil sampai yang
paling besar.
6) Anak-anak
masih merasa samar-samar atau mempunyai konsep yang kabur mengenai waktu.
2.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK MASA SEKOLAH
a.
Perkembangan
Kognitif Anak Sekolah Usia 6-8 Tahun
Pada
usia ini dapat kita ketahui adanya lima ciri pokok perkembangan kognitif
anak-anak, yakni:
1) Anak-anak
belajar membaca, mereka senang sekali membaca buku-buku yang mudah dan
mendemonstrasikan kemampuan yang baru mereka peroleh.
2) Anak-anak
belajar menulis. Mereka senang sekali menciptakan/mengarangg cerita sendiri.
3) Jangkauan
perhatian anak-anak meluas serta meningkat. Mereka menyenangi cerita-cerita
yang lebih panjang bila dibandingkan dengan cerita yang mereka alami waktu
berusia 5 tahun dulu.
4) Anak-anak
yang berusia kurang dari 7 tahun masih mendasarkan kaidah mereka pada persepsi
langsung dan belajar melalui situasi-situasi nyata.
5) Terkadang
selama usia ini, anak-anak pun masuk ke dalam tahap Pieget yang mengacu pada fase
operasional kongkrit.
b.
Perkembangan
Kognitif Anak Sekolah Usia 8-10 Tahun
Ciri-ciri
utama perkembangan kognitif anak sekolah pada usia ini adalah sebangai berikut:
1) Keterampilan
membaca meningkat sangat cepat, walaupun terdapat berbagai variasi dalam
kemampuan membaca di antara anak-anak dalam kelompok usia yang sama.
2) Tingkatan
minat terhadap sastra mungkin saja masih berada di atas tingkat baca kebanyakan
anak-anak.
3) Ingatan
atau memori pun meningkat, sebaiknya mereka belajar mengikuti stimulus-stimulus
tertentu dan mengabaikan atau tidak memperhatikan yang lainnya.
c.
Perkembangan
Kognitif Anak Sekolah Usia 10-12 Tahun
Ada
dua ciri utama perkembangan kognitif anak pada usia ini, yaitu:
1) Anak-anak
mengembangkan suatu pemahaman/pengertian mengenai urutan kronologi peristiwa
yang lalu.
2) Anak-anak
menerapkan kaidah-kaidah logis, penalaran, dan operasi-operasi formal pada
masalah dan proposisi (rencana-rencana, sasaran-sasaran, hal-hal) yang abstrak.
C.
SASTRA
DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan
sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas
secara intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak
menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa
yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa
yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional
dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang
ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan,
kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul
penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan berbagai
mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah mengenai dirinya
sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak
dari manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di
dalamnya yakni;
1)
Memberi
kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
2)
Mengembangkan
imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam,
kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara,
3)
Memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan
dialaminya sendiri,
4)
Mengembangkan
wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan,
5)
Menyajikan dan
memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan,
6)
Meneruskan
warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga
bernilai ekstrinsik yang bermanfaat untuk perkembangarn anak terutama dalam hal
(1) perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan
kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan
untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan
anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada
pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan
dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra
anak-anak juga berfungsi sebagai media hiburan dan pendidikan,
membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan
dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak,
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi anak. (Wahidin, 2009).
Contoh sastra anak
Mati Lampu
Mati lampu adalah kesusahanku
Mati lampu adalah kebosananku
Mati lampu itu gelap gulita
Aku tidak bisa belajar
Aku tidak punya lampu teplok
Aku tidak punya lampu tabung
Apalagi genset
Aku susah mencari lilin
Aku sangat takut dijalan gelap
Walaupun ada bulan dan bintang
Jalan masih saja gelap bagiku
Kami terus menunggu lampu menyala
Sampai keesokan pagi
Hiduplah lampu terang benderang
Karya: Qorrie Aina Maryam.
Bahasa yang digunakan pada puisi di atas, pasti bisa
dipahami oleh anak-anak, karena mengggunakan bahasa Indonesia. Hal yang
diungkapkan tentang peristiwa yang sering dihadapi oleh anak-anak yaitu tentang
peritiwa mati lampu. Peritiwa mati lampu pada puisi di atas, tidak lepas
dari konteks keadaan negeri kita, yang dalam kenyataanya memang sering mati
lampu. Dengan mengerti keadaan ini, maka anak yang membaca puisi diatas,
semakin mengerti bahwa lampu listrik sangat penting bagi anak-anak. Unsur
kesenangan (hiburan) yang dapat diperoleh oleh pembaca dari segi
pembaitan yang menggunakan repetisi (pengulangan) untuk keindahan rima (nada).
Sehingga ada kesan tentang arti pentingnya lampu, serta penggunaan
kata-kata yang sering digunakan oleh anak-anak dalam keseharian.
D. PENGARUH
TEKNOLOGI CANGGIH TERHADAP PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK
Di zaman modern ini, begitu banyak media yang telah
mengambil peran penting dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang
semakin canggih membuat manusia dapat mencari informasi dari berbagai media di
mana saja. Koran, televisi, majalah, radio, bahkan handphone sendiri pun dapat menjadi media informasi yang sering
digunakan. Dengan semakin canggihnya alat-alat elektronik ini dapat
mempengaruhi kognitif seseorang. Teknologi yang canggih ini semakin memudahkan
seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Anak-anak yang hidup pada zaman modern
ini pun kebanyakan pemikirannya semakin canggih dibandingkan orangtuanya
sendiri. Mereka lebih tanggap akan informasi-informasi yang diserapnya dan
lebih cepat menguasai teknologi-teknologi tersebut.
Perkembangan kognitif anak ini sebagian besar dipengaruhi dengan
media-media yang semakin berkembang. Sekarang telah marak anak SD pun sudah
memiliki handphone. Mereka merasa
jika tidak memiliki alat tersebut akan ketinggalan zaman. Pemikiran anak yang
seperti ini semakin meyakinkan bahwa media sangat mempunyai andil yang besar
dalam kehidupan manusia. Namun, berkembang pesatnya teknologi ini juga
mempunyai dampak-dampak yang negatif bagi anak. Contohnya, jika anak SD telah
memiliki memiliki handphone, kegiatan
belajar di sekolah maupun di rumah akan terganggu karena perhatian mereka
tersita hanya untuk memperhatikan handphone.
Apa dampak yang ditimbulkan media bagi perkembangan
kognitif anak? Berikut adalah segelintir dampak negatif teknologi pada anak-anak dan
remaja:
1) Kehilangan kemampuan bersosialisasi
Teknologi mampu meracuni dan
menyebabkan candu pada penggunanya, layaknya zat psikotropika. Zat psikotropika
dikenal mampu menghilangkan rasa depresi dan menimbulkan efek tenang selama
beberapa saat, namun diam-diam zat psikotropika mampu merusak tubuh penggunanya
dan menyebabkan candu. Sama halnya dengan teknologi. Anak-anak yang mengalami
kecanduan teknologi pada umumnya hanya menghabiskan waktu di rumah untuk
bermain komputer dan jarang keluar rumah untuk bersosialisasi. Tentu saja hal
ini sangat berbahaya dan mampu membuat anak-anak yang mengalami kecanduan
teknologi menjadi sulit menyatu dengan nilai, norma, dan struktur sosial di
dalam masyarakat. Salah satu fenomena yang berhubungan dengan dampak negatif
yang satu ini adalah fenomena hikikomori di Jepang, dimana para remaja Jepang
menarik diri dari hubungan sosial dan lebih suka mengurung diri di rumah. Ada
banyak faktor yang menyebabkan munculnya fenomena hikikomori, salah satunya
adalah kegemaran remaja-remaja Jepang akan game dan gadget.
2) Pornografi
Kejahatan dunia maya adalah istilah
yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer
menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam
kejahatan dunia maya antara lain adalah hacking, penipuan lelang secara online,
pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan
identitas, pornografi, dll. Tetapi dampak cybercrime yang paling sering
dibicarakan dan paling sering melibatkan remaja di bawah umur adalah pornografi.
Banyak sekali kasus asusila yang melibatkan remaja-remaja di bawah umur dan
pada umumnya remaja-remaja itu masih duduk di bangku sekolah menengah, salah
satunya adalah kasus video asusila siswa-siswi SMPN 4 Jakarta yang beberapa
waktu lalu ramai dibicarakan.
Secara tidak langsung, teknologi
berhasil mempengaruhi remaja-remaja di bawah umur untuk melakukan tindakan
asusila, melalui situs-situs porno yang banyak ditemukan di internet. Remaja
dapat bebas mengakses berbagai situs porno di internet tanpa diawasi orangtua
karena kebanyakan para orangtua sibuk mencari nafkah dan kurang mengawasi
pertumbuhan anak-anak. Sebenarnya bukan salah para remaja bila mereka mengakses
situs porno karena usia remaja adalah usia dimana para remaja mencari jati diri
dan berusaha mempelajari sesuatu yang belum mereka ketahui. Namun orangtua
sebaiknya mendampingi dan mengawasi sang buah hati ketika mengakses internet
agar si buah hati tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
3) Menurunnya prestasi belajar
Seperti yang dikatakan pada poin 1,
“teknologi mampu meracuni dan menyebabkan candu pada penggunanya, layaknya zat
psikotropika”. Hal itu tidak hanya dapat menurunkan kemampuan anak-anak
bersosialisasi namun juga mampu menurunkan prestasi belajar anak-anak.
Anak-anak yang pada awalnya senang belajar menjadi tergila-gila terhadap game
dan gadget sehingga prestasi belajar anak-anak pun menurun. Sebenarnya game
memang baik untuk mengasah ketajaman berpikir anak-anak namun jika terlalu
sering bermain game bisa membawa dampak buruk. Solusi untuk menanggulangi
masalah ini adalah membatasi jam bermain game anak-anak dan menjadikan game dan
gadget sebagai sarana belajar yang mengasyikkan bagi anak-anak sehingga
prestasi belajar anak-anak tidak menurun. Orangtua sebaiknya mengisi laptop/komputer/tablet
dengan game-game yang bermutu dan mengandung unsur pendidikan di dalamnya untuk
dimainkan sang buah hati.
Dampak positif dari perkembangan teknologi juga banyak dapat kita lihat.
Dalam pengerjaan tugas, anak lebih mudah untuk mencari bahan-bahan di internet
jika kurang mendapat informasi. Internet juga dapat menjadi tempat anak
menuangkan kreativitasnya, mengeluarkan kreasi-kreasi dengan menghasilkan
program-program educative bagi orang
lain, seperti pembuatan permainan atau game-game
online. TV juga dapat memberikan program-program educative bagi anak dengan mengajak anak belajar dan bermain
melalui tayangan-tayangan yang berpendidikan.
Dengan
masalah yang seperti ini, dibutuhkan perhatian khusus bagi orangtua dalam
mengontrol perilaku-perilaku anak-anak mereka. Tidak disarankan juga orangtua
untuk membatasi ruang gerak anak untuk berkreasi. Karena semakin anak dibatasi,
semakin besar rasa penasaran anak untuk mencoba sesuatu yang menurut mereka
baru. Jika hal itu terjadi, anak akan memenuhi rasa penasarannya dengan
melakukan praktek-praktek nyata di luar pengawasan orangtua.
Jadi,
solusi yang terbaik dalam mengatasi penyalahgunaan teknologi, yaitu dibutuhkan
komunikasi yang selalu dibangun dengan harmonis dalam keluarga. Komunikasi yang
efektif adalah komunikasi yang di dalamnya orang-orang berperan aktif dalam
mengeluarkan pendapat dan mencari solusi dari permasalahan. Orangtua juga perlu
menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran anak sehingga tidak terjadi misunderstanding antara mereka.
Kepercayaan orangtua juga diperlukan agar anak tidak merasa tertekan dengan
kemauan orangtua yang sering kali banyak menuntut anak untuk melakukan sesuatu
yang tidak disukainya.
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan kognitif
pada anak merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun
orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah yang termasuk dalam proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Teknologi juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu pengajar dan
orang tua jangan melarang anak untuk menggunakan teknologi. Namun juga jangan
sampai lengah untuk mengawasi anak ketika anak sedang menggunakan teknologi
karena anak belum bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk
dirinya.
Fungsi hakiki sastra
anak adalah menghibur dan mendidik. Kedua fungi ini tidak bisa dipisahkan
satu sama lainnya. Keduanya saling mempengaruhi dan saling menguatkan. Selain
itu, ada pula fungsi-fungsi lainnya sesuai konteksnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan , Henry
Guntur. 2011. Dasar-dasar Psikosastra.
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar