Senin, 02 Juni 2014

Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa lainnya



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah

Sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa asing mengatakan, “Manusia adalah hewan atau makhluk hidup yang pandai berbicara.“ Hal itu menunjukkan bahwa keterampilan berbicara menjadi ciri khas makhluk yang disebut  manusia. Manusia mampu berbicara dalam aneka ragam bahasa. Kemampuan seperti itu bukanlah sesuatu yang  bersifat naluriah seperti halnya pada binatang, tetapi diperoleh melalui proses belajar dan latihan yang terus menerus.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa lainnya. Sejak seorang bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan.
Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. Dalam ketrampilan berbahasa tidak hanya aspek berbica ada tiga keterampilan bahasa lainnya yakni ( menyimak,berbicara,membaca ,menulis) keempat aspek keterampilan bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan karena mempunyai keterkaitan satu sama lain maka dari kami ingin mengetahui hubungan antara aspek berbicara dengan ketiga aspek lainnya. Maka dari itu kami membuat makalah yang  berjudul “ Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa lainnya”.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan yang telah kami rumuskan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Apa itu pengertian keterampilan berbicara?
2.      Apa fungsi dan tujuan keterampilan berbicara?
3.      Apa hubungan/keterkaitan anatara keterampilan berbicara dan ke tiga aspek bahasa lainnya (menyimak,membaca,menulis)

1.3         Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1.      Mengetahui pengertian keterampilan berbicara.
2.      Mengetahui fungsi dan tujuan keterampilan berbicara.
3.      Mengetahui hubungan /keterkaitan antara keterampilan berbicara dengan ketiga aspek lainnya dalam berbahasa  yaitu (menyimak,membaca,menulis)






BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Berbicara

Menurut para ahli pengertian berbicara adalah sebagai berikut :

1.             Menurut St. y Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.
2.             Menurut Suharyanti (1996:5), berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) yang dapat dilihat (visualble) yang memanfaatkan sejumlah otot dan  jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang dikomunikasikan.
3.             Maeda G Arsjad dan Mukti U.S. (1988:17) menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture).
4.             Chaney (Hayriye Kayi, 2009:1) mendefinisikan speaking is theprocessof building and sharing meaning throught the use of verbal and non verbal symbols, in variety of contexts, yang artinya berbicara adalah proses menyampaikan berbagai maksud dan tujuan secara lisan dan tanpa memakai simbol – simbol dalam berbagai hal. Menurut Hayriye Kayi pula bahwa speaking is a crucial part of second language learning and teaching yang artinya berbicara merupakan suatu bagian dari pembelajaran berbahasa dan kegiatan mengajar.
5.             Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain (Haryadi dan Zamzani, 1997:54).
6.             Berbicara merupakan salah satu aspek yang penting dibelajarkan kepada siswa karena berbicara melibatkan kegiatan produktif siswa dalam menyampaikan ujaran secara lisan (Nurhatim, 2009:1). Dalasm kegiatan berbicara akan dapat berjalan dengan baik apabila antar pembicara sama- sama menguasai bahasa pendengar (Sty Slamet, 2007:12).
7.             Guntur Tarigan (2013:3) berpendapat bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atu berujar dipelajari.
8.             Ece Sukmana, S.Pd., M.Pd. berpendapat bahwa berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa berwujud ujaran bertekanan dan berorientasi, dihasilkan oleh dan melalui alat ucap dilengkapi dengan paralinguistik berupa mimik dan dramatisasi serta digunakan untuk mengungkapkan kreativitas perasaan maupun pikiran yang sesuai dengan situasi pemakaiannya (2011:104)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.


2.2         Tujuan dan Fungsi Berbicara
2.2.1   Tujuan Berbicara

Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.

2.2.2        Fungsi Berbicara

Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia,dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide,pemikiran,harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi dan reaktif manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan karena keslamatan seseorang itu ada pada pembicaraannya.
Dapatkah anda membayangkan kehidupan tanpa ada yang berbicara? Komunikasi pun akan terputus,dan bias – bias peradapan manusia tidak akan pernah maju. Sesungguhnya dengan berbicara itu menandakan keberadapan manusia dan dari bahasa atau bicara tersebut kita dapat memahami keinginan, motif, latar belakang, pergaulan dan adat istiadat seseorang.
Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah :
a.   Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
b.   Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat             sesuatu.
c.    Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
d.    Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
e.    Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
f.     Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
g.    Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya


2.3         Hubungan antara Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa Lainnya
2.3.1   Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 2013:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai berikut: 
a.                Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). 
b.                Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka. 
c.                Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup. 
d.               Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya. 
e.                Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. 
f.                 Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkat­kan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya. 
g.                Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.




2.3.2   Berbicara dengan Membaca

Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
Hubungan-hubungan antara bisang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain :
a.              Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbicara. 
b.             Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak. 
c.              Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan keterampilan berbicara mereka. 
d.             Kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Apabila muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya. 

2.3.3   Berbicara dengan Menulis

Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. Berikut adalah persamaan dari keterampilan berbicara dan menulis :
a.              Anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis; dan kosakata, pola-pola kalimat serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi keterampilan menulis berikutnya. 
b.             Anak yang telah dapat berbicara dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicara­kan ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua. 
c.              Perbedaan-perbedaan antara berbicara dengan menulis juga ada, di antaranya, keterampilan berbicara atau komunikasi lisan cende­rung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap dan biasanya lebih kacau dan membingungkan daripada komuni­kasi tulis. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskah­nya. Selain itu, dia juga sering memeriksa serta memper­baiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya. 
d.             Pembuatan catatan serta bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya tidak terputus-putus. Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering sekali saling berhubungan.





























BAB III
KESIMPULAN

           
3.1         Keterampilan Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
3.2         Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah :
a.    Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
b.    Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu.
c.    Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
d.    Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
e.    Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
f.     Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
g.    Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya
3.3         Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
3.4         Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi.
3.5         Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi dan Zamzani. 1999/2000. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
St. Y. Slamet dan Amir. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Bahasa Lisan dan Bahasa Tertulis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sukmana, Ece. 2011. Ikhtisar Bahasa dan Sastra Indonesia. Sumedang : STKIP Sebelas April Press.
Tarigan , Henry Guntur. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.


1 komentar: