BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebuah ungkapan yang berasal dari
bahasa asing mengatakan, “Manusia adalah hewan atau makhluk hidup yang pandai
berbicara.“ Hal itu menunjukkan bahwa keterampilan berbicara menjadi ciri khas
makhluk yang disebut manusia. Manusia mampu berbicara dalam aneka ragam
bahasa. Kemampuan seperti itu bukanlah sesuatu yang bersifat naluriah
seperti halnya pada binatang, tetapi diperoleh melalui proses belajar dan
latihan yang terus menerus.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam
hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa lainnya. Sejak seorang bayi
lahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi bicara melalui
tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru
menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang
perlu distimuli dan dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui
berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa
suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh dewasa
tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan.
Setiap manusia dituntut terampil
berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan.
Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula
menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan berbicara juga
memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik
pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai,
norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak
diajarkan terlebih dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat
tradisional maupun masyarakat modern.
Kemampuan berbicara sangat
penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas kehidupan
manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. Dalam ketrampilan berbahasa
tidak hanya aspek berbica ada tiga keterampilan bahasa lainnya yakni ( menyimak,berbicara,membaca
,menulis) keempat aspek keterampilan bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan
karena mempunyai keterkaitan satu sama lain maka dari kami ingin mengetahui
hubungan antara aspek berbicara dengan ketiga aspek lainnya. Maka dari itu kami
membuat makalah yang berjudul “
Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa
lainnya”.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan yang
telah kami rumuskan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Apa itu pengertian keterampilan berbicara?
2.
Apa fungsi dan tujuan keterampilan berbicara?
3.
Apa hubungan/keterkaitan anatara keterampilan berbicara dan ke tiga aspek
bahasa lainnya (menyimak,membaca,menulis)
1.3
Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami
mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1.
Mengetahui pengertian keterampilan berbicara.
2.
Mengetahui fungsi dan tujuan keterampilan berbicara.
3.
Mengetahui hubungan /keterkaitan antara keterampilan berbicara dengan ketiga
aspek lainnya dalam berbahasa yaitu (menyimak,membaca,menulis)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Berbicara
Menurut para ahli pengertian berbicara adalah sebagai
berikut :
1.
Menurut St. y
Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan
gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang
lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya
Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan
manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam
pikiran.
2.
Menurut
Suharyanti (1996:5), berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) yang dapat dilihat (visualble) yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud
dan tujuan gagasan-gagasan yang dikomunikasikan.
3.
Maeda G Arsjad
dan Mukti U.S. (1988:17) menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata yang
mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian (juncture).
4.
Chaney (Hayriye
Kayi, 2009:1) mendefinisikan speaking is theprocessof building and sharing
meaning throught the use of verbal and non verbal symbols, in variety of
contexts, yang artinya berbicara adalah proses menyampaikan berbagai maksud
dan tujuan secara lisan dan tanpa memakai simbol – simbol dalam berbagai hal.
Menurut Hayriye Kayi pula bahwa speaking is a crucial part of second
language learning and teaching yang artinya berbicara merupakan suatu
bagian dari pembelajaran berbahasa dan kegiatan mengajar.
5.
Berbicara pada
hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi
pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain (Haryadi dan Zamzani,
1997:54).
6.
Berbicara
merupakan salah satu aspek yang penting dibelajarkan kepada siswa karena
berbicara melibatkan kegiatan produktif siswa dalam menyampaikan ujaran secara
lisan (Nurhatim, 2009:1). Dalasm kegiatan berbicara akan dapat berjalan dengan
baik apabila antar pembicara sama- sama menguasai bahasa pendengar (Sty Slamet,
2007:12).
7.
Guntur Tarigan
(2013:3) berpendapat bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak,
dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atu berujar dipelajari.
8.
Ece Sukmana,
S.Pd., M.Pd. berpendapat bahwa berbicara merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa berwujud ujaran bertekanan dan berorientasi, dihasilkan
oleh dan melalui alat ucap dilengkapi dengan paralinguistik berupa mimik dan
dramatisasi serta digunakan untuk mengungkapkan kreativitas perasaan maupun
pikiran yang sesuai dengan situasi pemakaiannya (2011:104)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono,
dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa,
melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus
banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16),
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sedangkan
sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
2.2
Tujuan dan Fungsi Berbicara
2.2.1 Tujuan
Berbicara
Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk
melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa,
menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan
sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan
kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.
2.2.2
Fungsi Berbicara
Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi
sosial. Berbicara sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia,dan setiap manusia
menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan,
ide,pemikiran,harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi dan
reaktif manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang
digunakan karena keslamatan seseorang itu ada pada pembicaraannya.
Dapatkah anda membayangkan kehidupan tanpa ada yang
berbicara? Komunikasi pun akan terputus,dan bias – bias peradapan manusia tidak
akan pernah maju. Sesungguhnya dengan berbicara itu menandakan keberadapan
manusia dan dari bahasa atau bicara tersebut kita dapat memahami keinginan,
motif, latar belakang, pergaulan dan adat istiadat seseorang.
Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah :
a. Berbicara berfungsi untuk
mengungkapkan perasaan seseorang.
b. Berbicara
berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu.
c.
Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik
tertentu.
d. Berbicara berfungsi untuk
menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
e.
Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
f. Berbicara berfungsi untuk
membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
g. Berbicara berfungsi sebagai alat
penghubung antar daerah dan budaya
2.3
Hubungan antara Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa
Lainnya
2.3.1 Berbicara dengan
Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang
berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului
oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi,
tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak
mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan
menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa
lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh
penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk
menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa
lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang
menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam
menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak,
demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya
sama-sama penting dalam komunikasi.
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 2013:4) berbicara dan
menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan
komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang dapat
memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai
berikut:
a.
Ujaran (speech)
biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
b.
Kata-kata yang
akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
c.
Ujaran sang anak
mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup.
d.
Anak yang lebih
muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit
daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e.
Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara
seseorang.
f.
Bunyi atau suara
merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang
anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak
ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya.
g.
Berbicara dengan
bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih
baik pada pihak penyimak.
2.3.2 Berbicara dengan
Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan
fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan
berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana
bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui
kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang
diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk
mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui
berbicara.
Hubungan-hubungan antara bisang kegiatan lisan dan
membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain :
a.
Performansi atau
penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbicara.
b.
Pola-pola ujaran
orang yang tunaaksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak.
c.
Kalau pada
tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca,
maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu
meningkatkan keterampilan berbicara mereka.
d.
Kosakata khusus
mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Apabila muncul
kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya
mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka
mulai membacanya.
2.3.3 Berbicara dengan
Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat
produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi.
Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa
lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan
melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis
diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan
kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis.
Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.
Berikut adalah persamaan dari keterampilan berbicara dan menulis :
a.
Anak belajar
berbicara jauh sebelum dia dapat menulis; dan kosakata, pola-pola kalimat serta
organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi
keterampilan menulis berikutnya.
b.
Anak yang telah
dapat berbicara dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman
pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu
membicarakan ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua.
c.
Perbedaan-perbedaan
antara berbicara dengan menulis juga ada, di antaranya, keterampilan berbicara atau
komunikasi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering
berubah-ubah, tidak tetap dan biasanya lebih kacau dan membingungkan daripada
komunikasi tulis. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran
maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur
dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap
kalimat sebelum dia menulis naskahnya. Selain itu, dia juga sering memeriksa
serta memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan
tulisannya.
d.
Pembuatan
catatan serta bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu
pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para
pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka
membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya tidak
terputus-putus. Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan
dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti.
Dalam penggunaannya, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering sekali
saling berhubungan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Keterampilan Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
3.2
Tujuan berbicara
adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar.
Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Adapun fungsi
berbicara secara khusus ialah :
a. Berbicara berfungsi untuk
mengungkapkan perasaan seseorang.
b. Berbicara berfungsi untuk
memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu.
c. Berbicara berfungsi untuk
membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
d. Berbicara berfungsi untuk
menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
e. Berbicara berfungsi untuk saling
menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
f. Berbicara berfungsi untuk
membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
g. Berbicara berfungsi sebagai alat
penghubung antar daerah dan budaya
3.3
Kegiatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan,
seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan
sebagainya.
3.4
Berbicara dan
membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif,
ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi.
3.5
Kegiatan berbicara
maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu
berfungsi sebagai penyampai informasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Haryadi dan
Zamzani. 1999/2000. Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
St. Y. Slamet
dan Amir. 1996. Peningkatan Keterampilan
Berbahasa Indonesia (Bahasa Lisan dan Bahasa Tertulis). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Sukmana, Ece.
2011. Ikhtisar Bahasa dan Sastra
Indonesia. Sumedang : STKIP Sebelas April Press.
Tarigan , Henry
Guntur. 2013. Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
teteh punya bukunya pak ece?
BalasHapus