10 MODEL PEMBELAJARAN YANG
MENITIKBERATKAN TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
1. MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
A. Pengertian
Group Investigationn merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari
buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan
proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif
dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam
metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu:
penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar
yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan
pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28),
mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigationadalah:
1)
Membutuhkan
Kemampuan Kelompok.
Di dalam
mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari
berbagai informasi dari dalam maupun di luar
kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota
untuk mengerjakan lembar kerja.
2)
Rencana
Kooperatif.
Siswa
bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan,
siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek
mereka di dalam kelas.
3)
Peran
Guru.
Guru
menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok
memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya
dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru
yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto,
2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih
topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
di depan kelas.
B.
Langkah-Langkah
dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah
penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1)
Seleksi
topik
Para siswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2)
Merencanakan
kerjasama
Para siswa
bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 diatas.
3)
Implementasi
Para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4)
Analisis
dan sintesis
Para siswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
5)
Penyajian
hasil akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir
oleh guru.
6)
Evaluasi
Guru
beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.
C.
Tahapan-tahapan
Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group
Investigationdapat dilihat pada table berikut,
(Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Tahap I
Mengidentifikasi
topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
|
Guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan
mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
|
Tahap II
Merencanakan
tugas.
|
Kelompok akan
membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari
masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan
dipakai.
|
Tahap III
Membuat
penyelidikan.
|
Siswa
mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.
|
Tahap IV
Mempersiapkan
tugas akhir.
|
Setiap
kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
|
Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.
|
Siswa
mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
|
Tahap VI
Evaluasi.
|
Soal ulangan
mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
|
D.
Ciri-Ciri
Model Group Investigation
Model pembelajaran Group
Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni
sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif dengan
metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif
dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa
dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok
memadukan berbagai ide dan pendapat, saling
berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
3. Pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4. Adanya
motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. Pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar
terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat
membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat
dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
E.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau
penggunaannya model pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan
dan kelebihan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran model group investigation:
1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group
Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat
suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa
memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif
dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran dengan model group
investigation:
Model
pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan
sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan
waktu yang lama.
2. MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
A. Pegertian
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
B. Langkah-Langkah
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
C. Keunggulan
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan
D. Kelemahan
1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif
3. MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model
pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif.
Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas
bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Tipe STAD
Menurut wina (2008:242) menjelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu
antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis
kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 )
menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
Slavin ( dalam Wina,2008:242)
mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran
selama ini. Pertama,beberapa
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan
hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta
dapat meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
B.
Prinsip
Pembelajaran Kooperatif
1. Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.
3. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
4. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
C.
Ciri
Pembelajaran Kooperatif
Masih
menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut :
a.
Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan
materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
gender.
c. Penghargaan
menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
D.
Sintaks
Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah
model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
berikut:
Tabel 2.1
Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah laku guru
|
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
|
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyajikan
informasi
Mengorganisasikan
siswa ke
dalam
kelompok- kelompok belajar
Membimbimg
kelompok belajar
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan
dicapai serta memotivasi siswa
Guru
menyajikan informasi kepada siswa
Guru
menginformasikan pengelom-pokkan
Siswa
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang
materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru
memberi penghargaan hasil belajar
individual
dan kelompok
|
Model
pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa
dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks
model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a.
Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen.
b.
Guru menyajikan pelajaran.
c.
Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok
d.
Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal
menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e.
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta
didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f.
Guru memberi penghargaan (rewards) kepada
kelompok yang memiliki nilai/poin
tertinggi.
g.
Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD,
penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok
dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan
poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada
tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
|
Poin
peningkatan
|
Lebih
dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point
di bawah skor dasar
Skor
dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih
dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil
sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
|
5
10
20
30
30
|
Catatan:
Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin,
1995 dalam Parlan, 2006:17). Skor
kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan yang
diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan kelompok
diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria
|
Nilai
Perkembangan
|
Excellent
The best teams
Good teams
General teams
|
22,6 – 30
15,1 –
22,5
7,6 –
15,0
≥7,5
|
(Sumber:
Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
E.
Kelebihan
Dan Kekurangan Pembelajaran Tipe STAD
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam
Nurasma,2006:26) :
a.
Meningkatkan kecakapan individu
b.
Meningkatkan kecakapan kelompok
c.
Meningkatkan komitmen
d.
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e.
Tidak bersifat kompetitif
f. Tidak
memiliki rasa dendam
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
Menurut
Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
a.
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi
kurang
b.
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
F.
Hubungan
Penerapan Model STAD Dengan
Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam
proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian
diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan
merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan
mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya
lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007).
Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi
dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan
untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung
jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok
merupakan tugas bersama.
Dalam
pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat
prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas
perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang
disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila
ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih
membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa
aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran
fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STADakan
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
4.
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
A.
Pengertian
Salah satu
model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang
saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan
menjadi urutan logis.
Pembelajaran
ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang
digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses
pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru,
berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap
pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan
sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda,
teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari
proses pembelajaran.
Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan
baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika
di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software
yang lain.
Menurut
Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1.
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa
semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan
dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sesuai
dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
B.
Langkah-Langkah
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah
ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.
Menyajikan
materi sebagai pengantar.
Penyajian
materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang
materi yang dipelajari.
3.
Guru
menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses
penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan
selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar
dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4.
Guru
menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah
ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
diberikan.
Gambar-gambar
yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5.
Guru
menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu
ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman
yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6.
Dari
alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses
diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada
hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau
bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah
menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7.
Kesimpulan/rangkuman
Di akhir
pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran.
C.
Keunggulan
1.
Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2.
Melatih berpikir logis dan sistematis.
3.
Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut
pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4.
Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5.
Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan
kelas
D.
Kelemahan
1.
Memakan banyak waktu
2.
Banyak siswa yang pasif.
3.
Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4.
Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama
dengan yang lain
5.
Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang
cukup memadai
5. MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN
A. Pengertian
Model
pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas
cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar
pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model
pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh
semua bidang studi atau mata pelajaran yang
diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil
penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada
siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru
maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning
sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa
terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan
pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan
memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
Adapun ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
B. Langkah-Langkah
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7.
Penutup.
C. Keunggulan
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4.
Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
D. Kelemahan
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi). Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya. Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
6. METODE BELAJAR COOPERATIVE SCRIPT
A. Pengertian
Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
B. Langkah-Langkah
1. Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
- Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
- Kesimpulan guru.
- Penutup.
C. Keunggulan
1. Melatih
pendengaran, ketelitian / kecermatan.
- Setiap siswa mendapat peran.
- Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
D. Kelemahan
1. Hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu
- Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
7. MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION)
A. Pengertian
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2. Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3. Model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B. Langkah-Langkah
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Keunggulan
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7. Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D. Kelemahan
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
8.
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A.
Pengertian
Metode ini
berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua)
macam, yaitu:
1. Aktif dalam
arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. Aktif dalam
arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku
Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif
yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik
sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik
sehingga siswa dapat merespon pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari
itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan
sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran
dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan
menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit
contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model
pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu
teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata
dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu
jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik
untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam
ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan
menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam
menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah
sebagai berikut :
1.
Siapkan materi yang akan di sampaikan.
2.
Siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3.
Siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan
isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah)
pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata
atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi
atau diselipkan di telinga.
B.
Langkah-Langkah
1.
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau
materi ± 45 menit.
2.
Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3.
Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm
yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu
yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian
ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4.
Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan
kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang
dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang
ditempelkan di dahi atau telinga.
5.
Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di
kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah
ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
6.
Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU...?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU...?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
7.
Prinsip atau Ciri-Ciri
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C.
Keunggulan
a.
Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b.
Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c.
Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d.
Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam
ingatan siswa.
D.
Kelemahan
a.
Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit
tersampaikan.
b.
Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak
semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
9.
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
A.
Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok
ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang
beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana
yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok
siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan
untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang
berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi
dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran
guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan
saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah
interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja
sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
B.
Langkah-Langkah
Sesuai dengan namanya, teknis
penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends
(1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1.
Awal
kegiatan pembelajaran
1) Melakukan
Pembelajaran Pendahuluan. Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum,
memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2) Materi
pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari oleh siswa.
3) Membagi
Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4) Menentukan
Skor Awal. Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis
sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana
Kegiatan
1) Setiap
kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2) Anggota ahli
dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang
telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3) Siswa ahli
kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4) Siswa
mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5) Pemberian
penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai
prestasi kelompok.
3.
Sistem
Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang
dapat dilakukan:
1) Mengerjakan
kuis individual yang mencaukup semua topik.
2) Membuat
laporan mandiri atau kelompok.
3) Presentasi
Materi Evaluasi
1. Pengetahuan
(materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
2. Proses
belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
C.
Keunggulan
Bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
1. Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
D.
Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai
beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang
aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang
memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi
hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja
mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang
cerdas cenderung merasa bosan.Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai
menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang
untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang
tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
10.
MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam
hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.
Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan
agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3.
Pengembangan keterampilan social
Bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
B.
Langkah-Langkah
Penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga
langkah yaitu :
a) Pembentukan
kelompok
b) Diskusi
masalah
c) Tukar
jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian
dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam l angkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok
disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh
guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru
membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam
kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa
manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :
1.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki kehadiran
3.
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.
Konflik antara pribadi berkurang
6.
Pemahaman yang lebih mendalam
7.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil belajar lebih tinggi
C.
Keunggulan
1.
Setiap siswa menjadi siap semua
2.
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
D.
Kelemahan
1.
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
2.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar